Percakapan Imajiner Dengan BOENG KARNO#3

Posted by : pjhinews August 12, 2025

Yogyakarta, pjhi.news ~
Seperti fungsi zoom in pada perangkat kamera, pandangan saya menjadi lebih fokus pada bagian atas lukisan dimana sosok Boeng Karno sebagai fore ground dan bendera Merah Putih yang berkibar di ujung galah serta gedung – gedung pencakar langit menjadi back ground bagi Si Bocah yang duduk bersedeku di tanah yang retak – retak kekeringan itu.

Saya merasa lebih dekat sehingga lebih jelas mendengar Boeng Karno bicara :

~”Kamu telah sering mendengar mengenai diriku, bahwa aku ini sejak umur enam belas tahun telah mencemplungkan diri dalam gerakan untuk tanah air, bangsa dan cita – cita ”

~”Saya belajar memahami kata – kata quote dari Boeng, untuk memotivasi diri …”

~”Lakukan kebaikan untuk orang lain, bahkan ketika mereka tidak melakukan kebaikan bagi kamu, orang lain tentu akan berbuat baik kepada kamu.
Jika masih ada rasa malu dan takut di hati untuk berbuat baik, pasti tidak ada kemajuan sama sekali ”

~”Apabila dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut melakukan kebaikan, maka jaminan bagi orang itu adalah tidak akan bertemunya dengan kemajuan selangkah pun…?”

~”Dapat dari mana kalimat itu ?

~” Menyitir kata – kata quote Bung sendiri ”

~”Ooh, aku pikir cetusan pemukiranmu. [Beliau tersenyum, lalu melanjutkan bicara]. : Heran aku , kenapa secepat itu kamu bisa mengadopsi jalan pikiranku ?

Karena Boeng Karno tertawa, aku ikut tertawa…

~”Berpedom anlah pada harapan dan ketetapan hati. Berpedomanlah pada cita – cita, berpedomanlah pada impian dan angan – angan ”

~”Imajinasi .?”

~”Imagination.
Aneh ?”

~”Tidak. Saya seniman, imajinasi sering melesat mendahului kemampuan pikiran dan penalaran …”

~”Itulah pentingnya belajar.

Belajar tanpa berpikir tidak ada gunanya. Tapi berpikir tanpa belajar sangat berbahaya !”

Saya terhenyak. Mau bertanya, tetapi Boeng Karno telah lebih dulu melanjutkan bicaranya :

~”Tentang kemiskinan di negeri ini ?

Kalau kita tidak bisa menyelenggarakan sandang pangan dan papan dan pendidikan yang layak di tanah air yang kaya ini, maka sebenarnya kita sendiri yang tolol, kita sendiri yang maha tolol ”

***

Dari buku – buku yang pernah saya baca saat kuliah dulu , diantaranya : “Di Bawah Bendera Revolusi”, Ir. Soekarno menulis tentang pentingnya membangun masyarakat yang adil dan makmur, serta perlunya pendidikan dan perlindungan anak-anak untuk mencapai tujuan tersebut.

Ir.Soekarno memiliki kebijakan untuk meningkatkan akses pendidikan bagi semua rakyat Indonesia, termasuk anak-anak dari keluarga miskin.

Ir.Soekarno memiliki program pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk anak-anak, dan mengurangi kemiskinan.

Disaat saya tengah mencoba mengingat literasi yang pernah saya baca, kembali terdengar Boeng Karno bicara :

~”Aku sangat prihatin dengan kondisi masyarakat yang mayoritas masih tergolong melarat dan di bawah garis kemiskinan.
Apakah generasi penerusku juga berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua rakyat Indonesia untuk hidup sejahtera” ?”

Saya menyimak dan menunggu jeda untuk bertanya :

~”Meningkatkan akses pendidikan bagi semua anak-anak Indonesia, tanpa memandang latar belakang sosial dan ekonomi. Kita harus terus berjuang untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk anak-anak.

Dengan berbagai upaya, membangun masyarakat yang adil dan makmur, di mana semua rakyat memiliki kesempatan yang sama untuk hidup sejahtera…”

~”Boeng..”

~”Hmmm..?”

~”Anda memiliki pandangan bahwa memerangi kemiskinan dan kebodohan, adalah dua hal yang saling terkait dan harus diatasi secara bersamaan…”

~”Ya ”

~”Seandainya harus memilih , manakah yang harus terlebih dahulu diutamakan, ?”

~”Memerangi kemiskinan dan kebodohan adalah dua masalah yang sangat terkait, dan bahwa memerangi salah satu dari keduanya tidak akan efektif tanpa memerangi yang lainnya.

Dalam banyak pidato aku telah sering menekankan pentingnya pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat sebagai kunci untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan.

Aku berpendapat bahwa dengan meningkatkan pendidikan dan kesadaran masyarakat, maka masyarakat akan dapat meningkatkan kemampuan ekonomi dan sosial mereka, sehingga dapat mengurangi kemiskinan dan kebodohan.

Namun, jika harus memilih, aku lebih menekankan pentingnya memerangi kebodohan melalui pendidikan.

Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu kemajuan dan kemakmuran bangsa, dan bahwa dengan meningkatkan pendidikan, maka masyarakat akan dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk memerangi kemiskinan dan mencapai kesejahteraan.

Memerangi kebodohan melalui pendidikan sebagai langkah awal untuk memerangi kemiskinan untuk mencapai kemajuan bangsa’

***

Ada yang tarik – menarik dalam otak saya. Di satu sisi rekaman ingatan mengajak kembali pada pustaka yang pernah terbaca, pada belahan otak yang lain bermunculan daftar pertanyaan yang ingin saya ajukan.

Bertolak dari buku, memperoleh pengetahuan : pada masa pemerintahan Boeng Karno, belum ada undang-undang yang secara eksplisit mengatur tentang wajib belajar bagi anak usia sekolah.

Namun, pemerintahannya telah memiliki kebijakan untuk meningkatkan akses pendidikan bagi semua rakyat Indonesia.

Pada tahun 1950-an, pemerintah Indonesia telah memperkenalkan program Pendidikan Dasar yang bertujuan untuk meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak usia sekolah.

Program itu belum sepenuhnya berhasil dalam mencapai target, terutama di daerah-daerah terpencil.

Baru pada tahun 1984, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto memperkenalkan Undang-Undang No. 2 Tahun 1984 tentang Wajib Belajar, yang mengatur tentang kewajiban anak-anak usia sekolah untuk mengikuti pendidikan dasar selama 6 tahun.
Undang-undang itu kemudian diperbarui dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mengatur tentang kewajiban anak-anak usia sekolah untuk mengikuti pendidikan dasar selama 9 tahun.

Rekaman ingatan itu terputus, dan yang dominan di kepala saya keinginan bertanya :

~”Boeng…”

~”Apalagi..?”

~”Berapa lama waktu yang diperlukan untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan ?”

~”Nggak ada pertanyaan yang lebih penting ?”

~”Banyak. Tapi saya rasa perihal ini mendasar. Karena hingga sekarang ini, persoalan pendidikan masih seperti barang yang mewah, dan kemiskinan belum teratasi. Nyaris dialami mayoritas warga negeri ini.
Lebih parah lagi…’

~”Korupsi…?
Bisa diperangi .
Jika kita memiliki keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam semesta akan bahu – membahu mewujudkannya ”

~”Dulu Boeng pernah mencetuskan gagasan membangun Ibu Kota Negara di luar Jawa. ?”

~”IKN ?”

~”Ya”

~”IKN yang kamu maksudkan apakah : Ibu Kota Negara, atau Ibu Kota Nusantara ?”

Harus saya akui, saya gelagapan untuk menjawabnya.

Saya pandangi lukisan itu. Tanpa memikirkan sesuatu.
Boeng Karno terlihat tetap dalam posisi menunduk, diam seribu basa, tapi anehnya indera pendengarku menangkap suaranya :

~”Kita hidup dalam dunia ketakutan.
Kehidupan manusia saat ini berkarat dan terasa pahit karena ketakutan akan masa depan. Takut akan bom hidrogen, takut akan ideologi.
Mungkin ketakutan ini adalah bahaya yang lebih besar dari bahaya itu sendiri.
Karena ketakutanlah yang mendorong manusia untuk bertindak bodoh, untuk bertindak tanpa berpikir, untuk bertindak berbahaya …!”

Sampai saat saya mengakhiri tulisan Percakapan Imajiner Dengan Boeng Karno#3 ini, suara itu masih menggema di relung hati.
[Bersambung]

Minggu Wage,10/8/2025;

Penulis Tito Pangesthiadji

RELATED POSTS
FOLLOW US